Pada setiap 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Peringatan tahunan ini ditetapkan sebagai penghormatan kepada Bapak Pendidikan Indonesia yang lahir pada 2 Mei 1889. Pendidikan menjadi sangat penting bagi sebuah perjalanan bangsa. Karena itu, Ki Hadjar Dewantara memiliki motto yang sangat masyhur yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sementara itu, Nahdlatul Ulama memiliki lembaga pendidikan yang kini sudah berusia 91 tahun, yakni LP Ma’arif NU.
Lembaga ini sudah banyak memberikan kontribusi bagi perjalanan kehidupan bangsa di dunia pendidikan, bahkan hingga menjamah daerah-daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) di Indonesia. Untuk bisa membangun pendidikan Indonesia, Ketua LP Ma’arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Zainal Arifin Junaidi memiliki pemaknaan yang sangat menarik tentang pendidikan yang semestinya diwujudkan di Indonesia. Potret pendidikan di Indonesia masih sangat buruk. Terutama karena sistem pendidikannya terlalu banyak yang harus dibenahi lantaran terlalu mengedepankan sisi literasi-numerasi, tetapi meninggalkan pembangunan karakter.
Keberhasilan LP Ma’arif PBNU di dunia pendidikan telah banyak ditorehkan. Terdapat sekitar enam juta anak didik dari 21 ribu sekolah dan madrasah di lingkungan LP Ma’arif NU se-Indonesia. Hal ini tentu menjadi kebanggaan sendiri secara kuantitas. Ditambah berbagai kualitas yang juga dihasilkan. Sebab dikatakan bahwa LP Ma’arif NU selalu memiliki tekad untuk memberikan tantangan kepada zaman, tidak hanya sekadar menjawab tantangan zaman. Seperti apa pemaknaan pendidikan, kritik untuk sistem pendidikan nasional saat ini, kontribusi LP Ma’arif NU di dunia pendidikan, hingga harapan dan pesan bagi seluruh guru di lingkungan LP Ma’arif NU? Berikut petikan lengkap wawancara jurnalis NU Online Aru Lego Triono bersama H Zainal Arifin Junaidi melalui sambungan telepon pada Ahad (1/5) siang.
Leave a Comment