Cogito Ergo Sum – Descrates
Bayangkan di suatu pagi yang cerah 2045. Matahari bersinar hangat, jalanan mulus beraspal, bersih, tanpa kabel malang melintang, anak-anak berangkat sekolah dengan penuh semangat, dan para pemuda Indonesia menjadi pemimpin yang membuat dunia terpukau, bukan lagi dengan korupsinya, melainkan dengan kehebatannya. Indonesia bukan lagi sekedar negara berkembang, melainkan sudah setara dengan negara adidaya. Orang-orang bule datang ke Indonesia bukan lagi hanya untuk berwisata, melainkan untuk belajar, bekerja, dan berkolaborasi. Apa yang kita bayangkan ini seharusnya bukan hanya khayalan belaka. Ini adalah visi Indonesia Emas 2045—Sebuah masa depan cerah dan penuh harapan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cara agar kita dapat menuju bayangan itu?, Apakah hanya cukup dengan duduk diam dan berharap keajaiban akan turun dari langit? Jelas tidak!. Masa depan gemilang ini harus kita bangun bersama dari sekarang, dan salah satu kuncinya ada di tangan anak-anak muda yang tergabung dalam organisasi seperti IPNU dan IPPNU.
Apa itu IPNU IPPNU?
Coba sejenak kita tengok di sekitar kita. Di sekolah-sekolah, pesantren, kampus, dan lain sebagainya, ada sekelompok pemuda yang bergerak senyap, mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk belajar, berdiskusi, dan membangun karakter. Mereka tak lain dan tak bukan adalah bagian dari IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Dua organisasi ke-pelajaran yang tergabung ke dalam salah satu Banom (badan otonom) resmi dari Nahdlatul Ulama—Sebuah organisasi islam kemasyarakatan terbesar dunia dari Indonesia.

IPNU dan IPPNU bukan hanya sekadar organisasi biasa, melainkan tempat dimana para pelajar di tempa, digembleng, dan dihajar habis-habisan untuk bisa tumbuh dan bermekaran, bak Candradimuka di cerita pewayangan tempat dimana Gatotkaca menciptakan tubuh yang kuat: otot-otot kawat, tulang-tulang besi. Disini pun demikian, namun bukan untuk dapat terbang ke kahyangan, melainkan untuk menempa ilmu pengetahuan, moral, etika, kepemimpinan, serta kebangsaan. Dari sini diharapkan akan lahir kader-kader yang suatu hari nanti akan menjadi pemimpin besar—orang-orang yang bukan hanya cerdas, tapi juga berintegritas serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi sehingga memiliki kapabilitas untuk membawa bangsa ini menjadi Indonesia Emas.
IPNU-IPPNU dan Jalan Menuju Indonesia Emas 2045
Membangun Indonesia Emas bukan hanya sekadar gedung-gedung yang tinggi, jalan yang lebar, atau ekonomi yang jauh melesat. Bukan, bukan hanya itu, ya meskipun itu juga paling vital. Namun Indonesia emas dapat terbangun dari hal yang paling fundamental. Apa itu? Yap, manusianya, sumberdaya nya!. Itu dulu yang harus dibangun dengan benar-benar. Jika ingin indonesia hebat, maka harusnya butuh orang-orang hebat pula, kan? Dan di sinilah IPNU IPPNU serta organisasi-organisasi serupa menjadi peran yang begitu penting.
Coba kita lihat beberapa pilar yang disuguhkan IPNU IPPNU dalam membangun generasi unggul. Pertama adalah Pendidikan dan Literasi. Pernahkah kita berpikir mengapa bangsa-bangsa besar selalu menjunjung pendidikan tinggi? Mengapa Jepang yang ketika dibombardir kotanya-Hiroshima & Nagasaki- yang dicari pertama adalah guru yang hidup? Sebab, “PENDIDIKAN ADALAH KUNCI UTAMA MENUJU KEMAJUAN”—Saya capslock semua kalimat tersebut agar merasuk ke dalam benak dan hati pembaca sekalian, sukur-sukur ada dari kalian yang tergabung ke dalam pembuat kebijakan, agar lebih memprioritaskan pendidikan daripada kekenyangan, ups. IPNU IPPNU memahami betul hal ini. Mereka aktif mengadakan kajian, bedah buku, diskusi intelektual, pelatihan yang mendukung kadernya untuk menjadi pemikir kritis serta kreatif.

Pendidikan tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah saja. Kehidupan adalah kampus tanpa batas, dimana setiap pengalaman, diskusi, dan interaksi sosial adalah pelajaran yang berharga. Selain itu juga kemajuan teknologi dapat kita manfaatkan untuk memperkaya diri akan ilmu pengetahuan. Karena itu, IPNU IPPNU mendorong para kadernya untuk selalu haus akan ilmu, baik dari buku, pengalaman lapangan, maupun teknologi digital yang semakin berkembang pesat.
Kedua adalah Penguatan Karakter. Pintar saja tidak cukup, kan? Karena pintar saja tanpa moral hanya akan minteri –istilah jawa yang memiliki konotasi negatif, mengarah ke kata memanfaatkan kepintarannya untuk kepentingan negatif. Apa gunanya memiliki kecerdasan jika tanpa Akhlakul Karimah? Sejarah sudah banyak mencatat bagaimana kecerdasan yang disalahgunakan justru membawa kehancuran. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, di negeri sendiri sudah banyak kan contohnya? Nampaknya saya tak perlu menjelaskan begitu dalam mengenai hal ini, karena di depan rumah saya sekarang ada tukang bakso, agak sedikit was-was takutnya bawa HT, haha. Oleh karena itu, di IPNU IPPNU, penguatan karakter menjadi bagian yang sangat urgent dari pembinaan. Para anggotanya diajari untuk menjadi pelajar yang jujur, disiplin, serta bertanggung jawab.
Ketiga adalah Aksi Sosial dan Gerakan Nyata, ilmu pengetahuan dan karakter yang baik harus diwujudkan dalam tindakan. IPNU IPPNU tidak hanya berhenti pada teori, tapi bergerak langsung di lapangan. Seringkali IPNU IPPNU menggelar bakti sosial, program advokasi pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu, serta gerakan ekonomi kreatif yang membantu kader dan masyarakat meningkatkan kesejahteraan.
Menguasai Dunia Digital untuk Masa Depan
Di era digital ini, IPNU IPPNU juga harus beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk berkembang. Karena di era ini informasi memiliki arus yang sangat deras. Perkembangan dunia pun sangat cepat. Jika IPNU IPPNU tidak mengimbangi, maka akan kalah dan tergerus sendiri karena derasnya era digital ini membawa perubahan pada dunia. Kita harus benar-benar pintar memanfaatkan akses digital ini untuk kemajuan diri kita, meningkatkan value diri dengan berbagai skill dan pengetahuan.
Sebagai contoh pemuda, kader IPNU PAC Wates—PAC tempat penulis dibesarkan, adalah rekan Dhimas Aura. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar mengenai beliau, silahkan akses sendiri di link ini. salah seorang rekan penulis sudah menjelaskannya panjang lebar buka saja link itu dan baca disana jelasnya, bisa kan? Hehe. Ia memulai ceritanya di IPNU sebagai salah satu Founding Father terbangunnya IPNU IPPNU PAC Wates Blitar. Ia adalah anggota departemen minat bakat IPNU PAC Wates angkatan pertama. Ia adalah contoh pelajar kreatif yang dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik. Seorang anak desa—bahkan orang ketika mendengar Wates Blitar itu kebanyakan berpikir bahwa tempat ini sangat jauh, pelosok, jalannya susah, dan susah signal. Yap, betul semua, tanpa penulis sangkal mengenai anggapan orang-orang itu–. Keingintahuannya ke dunia digital membawanya berkecimpung ke dunia Crypto, bukan hanya berkecimpung, bahkan baru-baru ini ia mendapat penghargaan dari Indodax—sebuah platform jual beli aset crypto terbesar di Indonesia—sebagai Most Impactful X Crypto Influencers 2025. Perjalanannya membuktikan bahwa kader IPNU dapat sukses di dunia digital, menjadi pemimpin opini yang dianut oleh ribuan orang, dan menguasai sektor teknologi modern.

Tidak hanya Dhimas, ada Juga rekan Choirul Hadi Nawawi, seorang Kader IPNU PAC Wates Blitar yang kini menjabat sebagai ketua Ansor PAC Wates Blitar serta ketua IKAPMII PAC Wates Blitar. Ia dan timnya sukses membawa sebuah kemajuan di dunia robotic dengan membuat sebuah perlombaan robotic yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan pelajar, bukan hanya dari indonesia, tapi juga negara lain. Lomba ini telah menjadi ajang kelas dunia, saya ulangi “kelas dunia” dan membawa nama Indonesia ke kancah internasional dalam bidang teknologi. Banyak alumni lomba ini yang menggunakan sertifikat juaranya untuk meraih berbagai beasiswa di dalam maupun luar negeri.

Sedari dulu ia memang dikenal sebagai seorang yang visioner dalam hal teknologi. Ia ikut aktif dalam pembuatan akun Instagram @wonderfulwates yang mengenalkan keindahan, keberagaman, kekayaan daerah tempat ia tinggal ke kancah digital. Ia juga inisiator pembuat grup whatsapp jual beli Wates Blitar yang memungkinkan antar warga berinteraksi dalam kegiatan ekonomi. Sebuah langkah yang terlihat sederhana, namun impacful terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya.
Selain mereka, banyak lagi kader IPNU IPPNU lain yang kini sukses menjadi pengusaha, akademisi, birokrat, bahkan pejabat. Hal ini menjadi bukti bahwa IPNU IPPNU adalah Kawah Candradimuka yang menyiapkan pemimpin di masa depan.
Membangun Karakter Anti-Korupsi
Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas, ada satu hal yang tidak boleh kita abaikan; mencetak generasi Anti-Korupsi. Yap, Betul Sekali, Generasi Anti-Korupsi. Dalam Bentuk Apapun. Mengapa demikian? Karena korupsi telah menjadi penyakit akut yang menghambat kemajuan bangsa. Kita harus bersama-sama sembuh dari penyakit ini. Sulit? Memang!. Tapi kita harus yakin bahwa kita bisa. Tidak ada di dunia ini negara maju yang memiliki pemerintahan korup di dalamnya. Tidak ada!. Akan sangat sulit apabila korupsi sudah dinormalisasi. Jangan sampai menormalisasi korupsi. Harus kita berantas dalam segi apapun!. Sambil berapi-api dalam hati saya saat menulis bagian ini. Karena saya sangat khawatir apabila korupsi ini sudah dinormalisasi, akan bagaimana keadaan bangsa kita ke depan. Bangsa yang dibangun dengan segudang impian, perjuangan yang tidak mudah bersama dengan darah. Akan sangat mustahil menuju cita-cita Indonesia Emas jika orang di dalamnya korup. Bukan hanya pemimpinnya saja, melainkan kita juga sebagai masyarakat.

Generasi IPNU IPPNU harus berperan besar dalam membentuk pola pikir generasi muda yang memiliki integritas tinggi, tidak mudah tergoda oleh praktik curang, serta selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran. Bagaimana caranya? Dengan memulainya dari diri kita sendiri. Anda berpikir bahwa ini hanya akan berdampak kecil? Huft, ingat bahwa setiap hal besar dimulai dari hal kecil!. Jika setiap individu atau sebagian besar memiliki pemikiran anti korupsi, maka akan tercipta dampak yang besar. Bukan hal yang tidak mungkin untuk menjadi negara bebas korup jika setiap individu berpikir demikian.
Coba bayangkan seorang kader muda dihadapkan dalam pilihan yang sulit—melaporkan kasus penyimpangan atau ikut diam demi kenyamanan. Seorang kader IPNU IPPNU yang sejati tahu bahwa melawan korupsi memang bukan perkara mudah, tetapi itu adalah harga yang harus dibayar demi masa depan yang cerah. Di sinilah IPNU IPPNU mengajarkan keberanian untuk melawan ketidakadilan, bahkan ketika itu sulit. Bukankah sudah jelas “Qulil haqqo walau kana murron”?.
Selain itu, generasi yang akan membawa Indonesia ke masa depan haruslah generasi yang kritis. Bukan sekadar menerima informasi mentah-mentah, tetapi mampu berpikir analitis, mempertanyakan ketidakadilan, dan mencari solusi atas berbagai permasalahan.
Namun menjadi maju bukan berarti meninggalkan akar budaya sendiri. Bukan budaya korupsi, lho. Tetapi budaya identitas bangsa. Kalau korupsi ya jelas harus ditinggalkan. Indonesai memiliki budaya yang luar biasa, dari nilai kearifan lokal, tradisi, hingga etika sosial yang menjadi norma dan membentuk identitas bangsa. IPNU IPPNU hadir untuk menjaga keseimbangan ini—membangun anak muda yang melek teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan budaya.
Apa yang harus Dilakukan ke Depan?
Indonesia Emas 2045 bukan hanya sekedar impian. Tanamkan kalimat ini dalam hati dan pikiran kita bahwa ini adalah tujuan nyata yang bisa kita gapai, asalkan kita semua bergerak. Mari mulai dari sekarang, dari hal-hal kecil, dari diri kita sendiri dahulu lalu ajak rekan dan rekanita yang lain. Karena Indonesia Emas tidak datang dari sebuah keajaiban yang muncul dari langit dengan sendirinya. Ia harus diperjuangkan—dan pejuang itu dapat dimulai dari IPNU dan IPPNU.
“ Ucapan khusus penulis ucapkan Selamat Harlah IPNU yang ke 71. Dalam suasana saat ini yang katanya #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu. Entah itu benar atau tidak, yang jelas kita harus yakin seperti lirik lagu mars IPPNU yang berbunyi ‘Sirnalah gelap terbitlah terang’ semoga kita menjadi ‘mentari timur sudah bercahya’, kita harus bersama untuk ‘ayunkan tangan pukul genderang’ yakinlah bahwa ‘segala rintangan mundur semua’. Kita harus melaksanakan mars IPNU ‘tuk kejayaan di masa depan’ sudah selayaknyta kita ‘bersatu wahai pelajar islam yang jaya, tunaikanlah kewajiban yang mulia’. Seruan ‘Ayo maju pantang mundur, yakinlah ‘pasti tercapai adil makmur.”
Syahriza Azizan Sayid, seorang pujangga yang sedang berjuang dengan masa depannya– Kuta Selatan, 24 Februari 2025
COMMENTS (1)
tak komen dewe, bene, ben enek seng komen og. wkwk